Tuesday, December 11, 2007,3:03 PM
PENGHARGAAN AKADEMI JAKARTA 2007

Akademi Jakarta yang diketuai oleh sejarawan Taufik Abullah, tahun ini kembali menganugerahkan penghargaan kepada seseorang yang dinilai berjasa dan mendedikasikan hidupnya bagi perkembangan seni dan budaya Tanah Air. Kali ini penghargaan tersebut diberikan kepada penyair Sutardji Calzoum Bachri.

Dipilihnya Sutardji merupakan hasil kesepakatan para juri yang terdiri dari Remy Silado (ketua), Alfons Taryadi (anggota), Enin Supriyanto (anggota), Imam Umar atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Iman Soleh (anggota), dan Karlina Supelli (anggota).

Para juri ini menganggap Sutardji patut mendapatkan anugerah tersebut dengan beberapa alasan. Di antaranya, penyair asal Riau ini telah menunjukkan larasnya antara sikap hidup, sikap berkesenian, serta tanggungjawab atas karya-karyanya sepanjang hidupnya. Sutardji juga hadir dengan sangat meyakinkan atas piranti pertanggungjawaban estetisnya yang disebut “credo” , sebagai isyarat baru dalam peta sejarah seni kontemporer Indonesia, khususnya pasca Chairil Anwar. Lewat “credo”-nya penyair yang dijuluki sebagai presiden penyair oleh Abdul Hadi WM ini telah memerdekakan diri dari keterbatasan dalam bahasa Indonesia.

Nama Sutardji akhirnya mencuat sebagai “pemenang” setelah “mengalahkan” sejumlah nama seniman lain yang juga menjadi kandidat kuat penerima anugerah seni tersebut. Mereka adalah Taufiq Ismail, Darmanto Yatman, Putu Wijaya, Rahayu Supanggah, Sunaryo, dan Yohanes Surya.

Pada awalnya, anugerah ini bernama “Hadiah Seni” . W.S. Rendra adalah seniman yang pertama kali menerimanya (1975). Sejak 2005 namanya diubah menjadi “Penghargaan Akademi Jakarta”. Saat itu jatuh kepada koreografer Retno Maruti.

Dibentuk pada 39 tahun yang lalu (1968), dalam perjalanannya Akademi Jakarta telah memberikan penghargaan kepada sepuluh orang seniman atas kerja keras, dedikasi, dan karya-karya yang mereka hasilkan. Anggota Akademi Jakarta diresmikan pertama kali oleh Gubernur Ali Sadikin melalui surat keputusan gubernur tertanggal 24 Agustus 1970. Sutan Takdir Alisjahbana ditunjuk sebagai ketuanya. Keanggotaan Akademi Jakarta ini untuk seumur hidup dengan maksud agar tidak terpengaruh oleh perubahan-perubahan politik dan kekuasaan yang terjadi. Meskipun namanya Jakarta, tetapi para anggotanya meliputi seluruh Indonesia. Jakarta hanya merupakan lokasi Akademi tersebut.

Pada saat berdirinya hingga lima tahun kemudian anggotanya hanya sepuluh orang. Namun, sesuai perkembangan dan kebutuhan zaman, pada 2002 membengkak menjadi 27 orang. Salah satu tugas Akademi ini adalah memberikan hadiah seni kepada ciptaan seni di seluruh Indonesia yang bermutu luar biasa.

Pada tahun ini, acara penyerahan Penghargaan Akademi Jakarta tersebut dilangsungkan di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada hari Senin, 10 Desember 2007 pukul 10.00 s.d. 12.00. Dalam kesempatan tersebut hadir dan bertindak sebagai wakil Akademi Jakarta yang menyerahkan piagam penghargaan kepada Sutardji adalah Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.

Selain itu, tahun 2007 ini Akademi Jakarta juga memberikan Piagam Penghormatan kepada mantan Gubernur Jakarta, Ali Sadikin atas jasa dan kerja kerasnya sebagai pemancang tonggak kebudayaan. Bang Ali, demikian sapaan akrab bagi lelaki kelahiran Sumedang 81 tahun silam itu, semasa kepemimpinannya telah memberikan perhatian yang besar kepada kesenian.

Menurut W.S. Rendra dalam sambutannya, Bang Ali bukan hanya membangun sosial dan ekonomi kota metropolitan, tetapi juga membangun kebudayaan. Dewan Kesenian Jakarta dan Institut Kesenian Jakarta didirikan atas prakarsa beliau lengkap dengan sarananya, yaitu Taman Ismali Marzuki (TIM). Di luar TIM dibangun pula gelanggang-gelanggang remaja sebagai wadah anak-anak muda berkesenian.

Dan yang terpenting dari itu semua, Ali Sadikin bukan sekadar menciptakan sarana dan dana untuk kiprah kesenian, tetapi juga memberikan kedaulatan penuh kepada lembaga-lembaga tersebut supaya dapat bekerja mandiri. Dampaknya kemudian, masih mengutip Rendra, TIM menjadi semacam tolok ukur bagi perkembangan kesenian di seluruh Nusantara. Untuk itu semua, pantaslah kiranya Bang Ali memperoleh penghormatan dari Akademi Jakarta. ***

Para penerima Hadiah Seni/Penghargaan Akademi Jakarta


W.S. Rendra (dramawan), tahun 1975
Zaini (pelukis), tahun 1978
Gregorius Sidharta Soegijo (perupa), tahun 2003
Nano S. (pemusik), tahun 2004
Gusmiati Suid (koreografer), tahun 2004
Retno Maruti (koreografer), tahun 2005
Amir Pasaribu, tahun 2006
Raden Pandji Soejono, tahun 2006
Tenas Effendy, tahun 2006
Sutardji Calzoum Bachri, tahun 2007.

Endah Sulwesi

 
posted by biru
Permalink ¤