Sunday, August 31, 2008,8:15 AM
Berjumpa Kembang Manggis

Nama Kembang Manggis sekarang ini barangkali tidak banyak yang mengenal. Namun, pada kisaran tahuan 80-an, nama itu lumayan beken sebagai penulis novel. Mungkin Anda yang gemar membaca fiksi atau berlangganan majalah Hai, ingat sebuah cerita bersambung di majalah remaja itu yang berjudul TIA. Oleh Gramedia Pustaka Utama, cerbung tersebut kemudian diterbitkan dalam bentuk novel. Nah, pengarangnya adalah Kembang Manggis.

Buat saya, novel itu sangat berkesan meski hanya satu kali membacanya. Saya masih ingat betul beberapa potongan adegan serta 2 tokoh utamanya : Tia dan Dion. Saya ingat di novel yang berseting Bogor itu ada sebatang pohon kapuk randu yang menjadi favorit Tia dan Dion. Pohon yang tumbuh tak jauh dari kampus IPB itu disebut oleh keduanya sebagai "pohon bantal".

Kenangan akan novel tersebut kemudian membawa saya pada sebuah pencarian sosok di balik nama Kembang Manggis.


Bermula dari sebuah informasi yang menyebut tentang keberadaan KM sebagai owner "Makaroni Panggang", sebuah resto beken di Bogor, saya kemudian melacak lebih jauh lagi kebenaran desas-desus itu.


Dimulai pada Sabtu (30/8) pagi saya mencari nomor telepon "Makaroni Panggang". Tentu ke 108. Dapat! Dari situ ada titik terang meski masih samar-samar. Efri, cowo yang berbicara dengan saya di ujung telepon sana, memberikan sebuah keterangan bahwa pemilik resto tersebut adalah 3 orang wanita yang salah satunya bernama Baby Ahnan.


Entah kenapa nama tersebut seperti membunyikan bel di kepala saya. Saya hampir yakin bahwa dialah Kembang Manggis yang saya cari.


Saya berhasil meyakinkan Efri untuk akhirnya memberikan nomor telepon "markas" baru Ibu Baby Ahnan, yakni di Jl. Bina Marga I, Bogor. Rupanya, Ibu Baby memperluas bisnis kulinernya dengan membuka satu resto lagi dengan judul "Pastel, Pizza, and Rijsttafel" yang baru dilaunching sepekan lalu.


Berikutnya, dengan sedikit debar di dada, saya mengontak nomor telepon yang diberikan Efri tadi dan langsung dihubungkan dengan Ibu Baby.


"Halo, selamat pagi, Bu," saya membuka percakapan.

"Ya, pagi," jawab sebuah suara berat dan tegas di seberang sana yang membikin agak ketar-ketir.

"Punten Ibu, apakah ini Ibu Baby?" saya melanjutkan.

"Ya, betul," sahutnya masih dengan kewibawaan seorang pengusaha.

"Punten, apakah Ibu Baby itu Kembang Manggis?" saya to the point.

Sunyi sebentar sebelum akhirnya suara tegas tadi menyahut kembali, "Hmm...ya, betul". Kali ini sedikit melembut.


Ooooh.....saya langsung girang dan kemudian nyerocos tentang TIA dan keinginan lama saya untuk berjumpa dengan penulisnya. Singkat cerita, beliau lalu sepakat untuk menerima kami pada jam 8 malam nanti.


Maka kami, saya dan seorang teman yang juga menggilai TIA, pada malam itu meluncur ke tempat Ibu Baby di restorannya.


Sebuah perjumpaan yang menyenangkan. Ibu Baby Ahnan, wanita kelahiran 1956, menerima kami dengan hangat. Ia menyatakan rasa senangnya karena ada yang masih mengingat karyanya yang ditulis 20-an tahun silam itu. Kami ngobrol banyak hal, terutama saya banyak bertanya ihwal keberadaannya selama ini yang memilih "bersembunyi".


Beliau berkisah sedikit soal dirinya yang sejak 1999 memilih menekuni bisnis kuliner itu. Ibu beranak dua yang malam itu sedang flu ternyata lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB tahun 1983. Saat ini beliau tengah menulis calon novel terbarunya yang diberi tajuk "Desaku".


"Baca ya nanti. Bagus loh, saya suka novel ini," katanya.


Tentu Ibu, saya berjanji akan membaca novel tersebut jika kelak terbit.


Menjelang jam sepuluh, kami pamitan pulang dengan membawa sekeping kenangan manis bersama Kembang Manggis.



 
posted by biru
Permalink ¤ 1 comments