Monday, December 11, 2006,5:58 PM
Joko Pinurbo : "Puisi yang baik adalah yang bisa menyihir..."
Sabtu malam, 25 November 2006 yang lalu, berlangsung acara peluncuran buku kumpulan puisi karya Yohannes Sugianto berjudul Di Lengkung Alis Matamu. Dalam kesempatan itu, hadir di tengah-tengah para tamu dan undangan, penyair asal Yogyakarta, Joko Pinurbo. Lelaki kurus kelahiran 11 Mei 1962 ini adalah "sihir" bagi para penggemarnya. Di manapun ia membacakan puisi-puisinya, bisa dipastikan selalu ramai penonton. Terakhir kali ia manggung pada acara Tadarus Puisi sebulan lalu di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Joko Pinurbo, kepenyairannya tak perlu disanggah lagi. Ia, seperi diakuinya, dihidupi (oleh) puisi. Bagi peraih Khatulistiwa Literary Award 2005 ini, puisi merupakan kebahagiaannya. Secara bergurau ia pernah bilang, bahwa jeritan pertamanya ketika dilahirkan berbunyi "puisi!".
Selain masih terus produktif melahirkan sajak-sajak, Jokpin juga ikut mengelola majalah Matabaca. Ia pernah juga mengajar di Universitas Sanata Dharma, kampus tempat ia menamatkan kuliahnya di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (dulu bernama IKIP Sanata Dharma). Beberapa penghargaan telah diterimanya sepanjang karier kepenyairannya. Di antaranya : Hadiah Sastra Lontar (2001) dan Sih Award (2001) serta tiga kali masuk nominasi Khatulistiwa Literary Award (2001, 2002, 2003). Adapun buku-buku kumpulan puisinya yang telah terbit adalah : Celana (1999), Di Bawah Kibaran Sarung (2001), Pacarkecilku (2002), Trouser Doll (2002), Telepon Genggam (2003), Kekasihku (2004), dan Pacar Senja (2005).
Di bawah ini adalah petikan obrolan akrab dengannya :

Sesungguhnya, apa sih makna puisi bagi seorang Jokpin (sapaan akrab bagi Joko Pinurbo, red)?

(Ber)puisi itu sudah menjadi hobi dan kekasih saya sejak masih remaja. Dia adalah kebahagiaan saya. Saya dihidupi (oleh) dan menghidupi puisi. Saya merasa eksis sebagai Jokpin berkat puisi. Saya paling bisa bicara dengan diri saya dan dengan dunia di luar diri saya melalui puisi.

Menurut Anda, puisi yang baik itu yang bagaimana? Dan dalam puisi, mana yang lebih penting : gagasan atau lirik?

Yang enak dinikmati dan perlu. Juga yang menyentuh dan menghidupkan perasaan serta pikiran. Yang membuat imajinasi kita makin cerdas. Yang bisa menyihir....
Gagasan dan lirik dalam puisi, kedua-duanya sama penting. Dan dalam puisi yang baik, keduanya seakan lebur, bersenyawa. Hanya menonjolkan salah satu akan membuat puisi menjadi kering atau sebaliknya terlalu romantis -sentimental seperti syair lagu pop.

Anda tentunya mengikuti terus perkembangan perpuisian tanah air. Di antara banyak 'pemain' baru, ada tidak yang memiliki potensi besar "menggantikan" para senior?

Mestinya ada. Banyak. Ada Afrizal, Acep, Dorothea, Gus tf, Sitok, Warih, Tan Lioe Ie, Zeffry, Isbedy, Soni Farid, Oka, Arif, Jamal, Agus, dll. Yang lebih muda: Raudal, Zen Hae, Hasan Aspahani, Jimmy Maruli, Ari Pahala, S. Yoga, Putu Vivi, Pranita Dewi, Dina Oktaviani, dll (saya tidak hafal). Tapi memang figur (dan karya) para penyair senior seperti Rendra, Sapardi, Goenawan dan Tardji itu begitu menonjol sehingga sosok (dan karya) para penyair yang lebih muda belum begitu merasuk dalam memori publik sastra.

Tidak tertarik menulis prosa?

Ingin. Kapan-kapan.

Ada rencana menerbitkan buku lagi?

Ada . Insyaallah tahun 2007 buku kumpulan puisi terbaru saya terbit. Siap-siap memborong ya!?

Dan jika Anda dilahirkan kembali, ingin menjadi apa?

Ingin menjadi penyair.

(wawancara ini dimuat di tabloid PARLE edisi 66 , 11 Desember 200

Endah Sulwesi 11/12
pengagum berat Jokpin

 
posted by biru
Permalink ¤