Thursday, September 07, 2006,10:13 PM
Dari Peluncuran Novel "Being Ing" : Para Homoseks Angkat Bicara
Semula aku mengira ini hanya acara peluncuran buku biasa seperti yang sudah sering kuhadiri. Yaa...garis besarnya sama sih, namun ada yang terasa "tak biasa" ketika salah seorang pembicara malam itu, Samuel Mulia (itu lo yang menulis rutin kolom "Parodi" di Kompas Minggu) secara blak-blakan mengungkap pengalaman pribadinya selaku homoseksual. Terus-terang, seperti juga Pak Leon Agusta, aku takjub dibuatnya. Seperti diutarakan Ucu, Pak Leon diundang untuk bisa berbagi pengalaman sebagai orang tua yang memiliki putra seorang gay. Dan memang, Pak Leon kemudian dengan suara bergetar, menuturkan sekelumit kisahnya.

Acara malam itu sepertinya memang hajatan para homo dan lesbian, karena selain Samuel Mulia, tampil juga Ismujiharso alias Mumu, teman lamaku yang baru kutahu ternyata juga gay, sebagai moderator. Barangkali sebagian yang hadir pun adalah para gay dan lesbian, juga waria.

Novel Being Ing - aku belum sempat baca sih - katanya mengangkat tema soal homoseks. Novel ini memenangi penghargaan untuk salah satu kategori dalam sayembara menulis novel metropop yang diselenggarakan oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Bukan cuma sekali ini saja Ucu Agustin menulis cerita tentang homoseks. Sebelumnya, dalam cerpen-cerpennya, ia telah berkali-kali mengisahkannya. Salah satunya terbit dalam antologi cerpen Rahasia Bulan, kumpulan cerpen yang sebagian ditulis oleh penulis yang gay/lesbi. Cerpennya yang lain terkumpul dan diterbitkan dalam satu buku, yaitu : Dunia Di Kepala Alice, yang juga turut diluncurkan malam itu.

Oleh karena seringnya mendengar Ucu terlibat dalam urusan "perhomoan", aku sempat menduga bahwa Ucu adalah juga seorang lesbian. Tetapi, malam tadi dibantah, walaupun tidak terlalu tegas, oleh cewek kelahiran Sukabumi 30 tahun yang lalu itu. Bahkan ia sempat bergurau, "Enak juga kali ya jadi lesbi." Alasan ia kerap menulis dan aktif "memasyarakatkan" homo adalah lantaran banyak sahabatnya dari kalangan kaum penyuka sesama jenis. Dari situlah Ucu memperoleh sejumlah gagasan bagi cerpen-cerpennya.

Pembicara lainnya adalah Ayu Utami yang malam itu tampil cantik dengan gaun selutut bermotif tenun ikat warna hijau sejuk. Rambutnya diikat satu. Pakai sandal saja, membuatnya tampak santai tanpa mengurangi keayuannya.

Dalam uraiannya, Ayu berharap masyarakat tak lagi menganggap homoseks sebagai "cacat", "ketidaknormalan", atau pun aib yang harus terus disembunyikan. Masih menurut Ayu, tak ada yang salah dengan homoseks dan lesbian. Itu cuma masalah orientasi seks seseorang sama halnya seperti mereka yang heteroseksual.

Ah...rasa takjubku hingga kini masih belum sepenuhnya pudar. Selama ini aku hanya tahu dari bacaan saja perihal kisah-kisah para homoseks. Yang teranyar, ya Brokeback Mountain. Terasa berbeda sekali ketika mendengarnya secara langsung seperti malam itu. Rupanya angin keterbukaan telah berhembus ke segala arah. Hal yang dulu tabu dan dibincangkan dengan cara bisik-bisik, kini didiskusikan di forum terbuka, dianggap jamak, biasa saja. Gerangan, fenomena apakah ini? Harapanku tentunya cuma satu : semoga segalanya berujung pada kebaikan.


Salam,
Endah Sulwesi
 
posted by biru
Permalink ¤