Tuesday, May 23, 2006,8:31 AM
'Daging Akar' Gus tf
Seperti hampir selalu terjadi, aku dan "pacarsenja"-ku (Kef) tiba paling awal di lokasi acara diskusi buku kumpulan puisi Daging Akar karya Gus tf pada Jumat malan, 19 Mei 2006. Di sana baru ada beberapa butir kepala milik para seleb dunia sastra : Gus tf, Radhar Panca Dahana, Karlina Supeli (pembicara), Hamsad Rangkuti, Zen Hae (moderator), serta pasangan pengantin baru Eka Kurniawan dan Ratih Kumala.

Segera saja Kef dan Gus tf saling berjabat tangan dan mengadu pipi mereka. Kemudian aku diperkenalkan Kef kepada sang penyair Payakumbuh itu. Aku berhasil mendapatkan otografnya di buku Daging Akar (kuperoleh gratis, hasil merayu panitia, menukarnya dengan selembar kartu nama) dan Tambo (novel lama Gus tf).

Karena lapar, aku pesan seporsi spageti dan segelas coklat dingin (minuman favoritku) di meja belakang. Di situ ada dua unit kursi putar bundar seperti yang ada di bar-bar gitu. Kef pesan kentang goreng dan teh panas.

Tak lama kemudian, acara dimulai meski jumlah peserta diskusi cuma 18 orang. Sebagian besar para pelaku sastra sahabat Gust tf seperti yang telah kusebut tadi. Aku tak beranjak dari kursiku sebab selain karena "makan malamku" belum selesai, pun aku nggak pede banget deh duduk bareng sama para penulis itu.

Acara dipandu oleh moderator Zen Hae. Pembicara pertama : Nirwan Arsuka yang, ehem, manis itu. Pembicara kedua : Karlina Supeli. Tadinya aku rada heran juga kenapa Karlina, si 'angkasawati' itu yang diminta jadi pembicara? Tapi aku ingat sih, di buku kumpulan puisi Joko Pinurbo - Kekasihku - ibu yang cantik ini menulis kata pengantarnya. Malam itu, ia lebih banyak menyoroti puisi-puisi Gus tf dari perpektif filsafat.

Sumpah, aku keteteran banget mengikuti perbincangan itu. Bahasanya berat-berat, euy! Apa lagi kemudian ditambah komentar-komentar dari Radhar, Nirwan Dewanto (aku baru tahu ia memakai anting-anting di telinga kirinya hehehe), Binhad Nurohmat, Adi Wicaksono, dan Chavchay (penulis novel Sendalu, kalau tidak salah. Rambutnya lucu banget,kruwil-kruwil seperti punya Rachel Maryam) yang datang kemudian.

Untunglah, aku di belakang tidak sendirian. Di sebelahku duduk manis seorang gadis cantik yang wajahnya mirip Vonny "Bening" itu. Nggak tahunya, ia bernama Farah,seorang artis sinetron. Jujur aja, aku tidak tahu ia main di sinetron apa. Yang jelas, cukup asyik juga ngobrolnya sembari ngemil popcorn manis hidangan dari panitia. Waktu aku tanya padanya puisi-puisi siapa yang ia suka, aku sudah hampir tahu pasti jawabannya adalah Sapardi. Dan benar, memang itulah jawabnya.

Oiya, yang sempat kucatat dari "debat" seru antara dua Nirwan itu adalah : Sia-sia mencari ide dalam puisi-puisi Gus tf. Sama sia-sianya seperti mencari ide pada lukisan abstrak atau musik atonal. Puisi-puisi Gus tf justru mengosongkan diri dari ide, demikian menurut Nirwan Dewanto menanggapi Nirwan Arsuka yang mencoba melihat puisi-puisi Gus tf dari sudut pandang kosmologi. Hanya sedikit yang bisa benar-benar kupahami dari diskusi tersebut.

Duh, malam itu rasanya puisi jadi tampak "seram", kehilangan keindahannya. Hehehe.

Endah Sulwesi
 
posted by biru
Permalink ¤