Wednesday, July 26, 2006,8:17 AM
BERTEMU BUDI DARMA
Tak dinyana tak diduga sebelumnya, akhirnya aku bisa juga berjumpa dengan salah satu dewa sastra Indonesia, khususnya prosa : Budi Darma. Terbayangpun tak pernah bakal kejatuhan anugerah seindah yang barusan saja kualami. Mungkin ini berkat, ehem, Pak Kris dan Pak Kef.

Ceritanya begini :

Siang tadi, Pak Kris mengabarkan bahwa dirinya sedang ada di Jkt untuk urusan bisnis. Beliau ngajak bertemu usai jam kantor. Aku mengajak Pak Kef, tapi sampai jam 16 Pak Kef masih belum bisa memutuskan bisa atau tidak ke MP Book Point untuk ngobrol dengan Pak Kris.

Barulah menjelang jam 5 sore, Pak Kef mengiyakan pergi ke MP Book Point. Sebelumnya, Pak Kef bilang, bahwa Pak Budi Darma juga sedang ada di Jkt. Lagi seminar sastra di UI, Depok. Aku bilang, ajak saja beliau sekalian ketemu di MP Book Point hehehe (ide yang sangat tidak cerdas dan tidak sopan).

Sekira satu jam sudah ngobrol ngalor-ngidul, tiba-tiba Pak Kris mengusulkan agar kami sowan ke tempat Pak BD menginap (di wisma Pusat Kajian Bahasa Jepang, UI). Tentu saja dengan segenap jiwa raga aku mendukung usulnya. Maka, meluncurlah kami dengan "travel" SEPANJANG BRAGA yang nyaman dan gratis mendatangi Sang Dewa di tempatnya bersemayam malam itu.

Sudah tentu, tak usah ditanya lagi betapa deg-degannya jantungku membayangkan pertemuan itu. Sayang sekali, aku tidak tahu dari mula akan berjumpa beliau, jadi tak kubawa serta buku-bukunya : Orang-orang Bloomington, Ny.Talis, dan Kritikus Adinan.

Pak Budi menyambut kami dengan kehangatan seorang bapak dan juga seorang sahabat. Kami ngobrol akrab di kamarnya yang terang benderang. Selama percakapan, aku lebih banyak bungkam. Rasanya masih tak percaya aku bisa duduk di kursi yang sama, bersisian dengan sastrawan besar ini dan diabadikan oleh kamera digital Pak Kef.

Pak Budi memberitahu, bahwa di kamar bawah, ada Eliza Handayani,penulis novel Area X. Eliza salah seorang peserta seminar juga. Pak Budi beberapa kali berusaha menghubunginya untuk diajak serta bergabung, tapi gagal. Panggilannya tak berjawab. Mungkin Eliza sudah lelap.

Perbincangan tentulah tak berkisar jauh dari buku (sastra). Pak Budi dengan sabar mendengarkan serta dengan arif menanggapinya. Ia telah sampai pada sikap padi yang sesungguhnya : makin berisi, makin merunduk.

Sebenarnya bila menuruti nafsu, kami inginnya terus tinggal di sana sampai pagi. Tapi itu mustahil, bukan? Akhirnya dengan sangat berat hati (dan berat mata karena mengantuk), kami mohon diri kepada tuan rumah yang bersahaja itu. Beliau mengantarkan kami sampai ke SEPANJANG BRAGA. Pak Kris memberikan oleh-oleh 1 exp novel Baudolino (Tanzil pasti ngiri nih hehehe) kepada beliau.

Malam yang luar biasa buatku.
Terima kasih ya, Pak Kris dan Pak Kef. Selanjutnya, kalian akan bawa aku bertemu siapa lagi? Ahmad Tohari? Sapardi? Oka Rusmini? :D

Endah Sulwesi 20/7
 
posted by biru
Permalink ¤