Monday, May 29, 2006,1:44 PM
Bencana Itu...
Jakarta, 27 Mei 2006

Sabtu pagi, pukul 6:46
Telepon selularku bergetar dengan bunyi pertanda pesan masuk. Dari penyairku : Joko Pinurbo. Ia mengabarkan Yogya berantakan, baru saja disambangi gempa. Rumah-rumah rubuh. Ada korban. Sementara, ia dan keluarganya baik-baik saja. Guncangan 5,9 pada skala Richter itu "hanya" membuat isi rumahnya berantakan serta beberapa lembar genting berjatuhan.

Aku mengira gempa tersebut cuma gempa yang biasa terjadi : tidak menimbulkan kerusakan dan korban serius. Apa lagi saat itu aku sedang dalam perjalanan ke kantor, di tol Jagorawi, di atas bus jurusan Sukabumi tak bisa langsung melihat siaran berita tv.

Namun, tak urung aku segera mengontak Kris, Ang Tek Khun, Diah, dan WD Yoga. Mereka adalah para sahabat yang berdomisili di Yogya. Balasan tercepat kuterima dari Kris. Ia meneleponku, menceritakan sedikit gambaran tentang gempa tersebut yang ber-episentrum di Samudra Hindia, 37 km dari pusat kota Yogyakarta. Alhamdulillah, Kris dan keluarga baik-baik saja.

Beberap saat kemudian, balasan dari Ang Tek Khun datang. Syukur, ia pun sehat wal afiat. Hanya masih terguncang oleh peristiwa tadi dan belum berani masuk rumah kembali, khawatir ada gempa susulan dan isu-isu tsunami yang membuat panik.

Sesampai di kantor, berita duka menyambutku : rumah mertua bosku hancur akibat gempa. Bosku sibuk mengontak kerabatnya yang lain namun belum juga berhasil. Sementara itu, televisi telah setiap satu jam sekali menayangkan perkembangan situasi dari lokasi kejadian. Jumlah korban yang dilaporkan setiap saat bertambah banyak saja hingga menjelang tengah hari telah mencapai angka 1300-an. Allahu Akbar! Aku benar-benar terpana. Tak mengira. Sungguh, ini bencana (lagi)!

Kemudian berita dari WD Yoga masuk. Terima kasih Tuhan, ia pun selamat. Ia kesulitan menghubungi teman-teman dan keluarganya sebab jaringan komunikasi terhambat dan aliran listrik mati.

Lalu, aku teringat Susan (Sannie B.Kuncoro) di Solo. Bagaimana ia? Di tv memang hanya menyebut Yogya. Tetapi, bukankan Solo hanya sepelemparan batu dari Yogya. Sannie balas menelponku dari Solo. Lagi-lagi aku merasa lega, karena iapun tak kurang suatu apa. Hanya masih tersisa gemetar dan kecemasan dalam suaranya. Ia bilang, pada saat gempa itu seperti sedang naik kapal laut yang digoyang ombak.

Petang hari, jumlah korban jiwa yang dilaporkan televisi telah menyentuh angka ribuan dengan korban terbanyak terdapat di Bantul, daerah yang hanya berjarak sekitar 7 km dari pusat gempa. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Aku sedih.

Malam hari Puncak diguyur hujan deras disertai petir menggelegar membelah langit hitam. Aku mencemaskan semua mereka yang di Yogya. Diam-diam aku berdoa semoga hujan tak turun di Yogya agar mereka tak tambah menderita. Dan semoga tak ada lagi gempa susulan. Semoga malam berlalu dengan tenang.

Jakarta, 29 Mei 2006
Kini, tiga hari sudah gempa berlalu, menyisakan trauma, kesedihan, kepedihan, derita, malapetaka, dan juga cinta. Semoga segala duka cepat berlalu. Semoga kita diberi kesabaran dan ketabahan.
 
posted by biru
Permalink ¤