“Aku Ingin Menulis Buku Ilmiah”
Semua berawal dari Laskar Pelangi , novel berdasar memoar masa kecil yang ditulis lelaki berambut ikal penyandang nama panjang Andrea Hirata Seman Said Harun. Sejak itu, lelaki ini jadi ketagihan menulis (fiksi). Ia melewatkan malam-malam insomnianya dengan menulis. Saat menulis itu, ia seperti orang “kesurupan”.
Kata demi kata mengalir deras dari ujung-ujung jarinya, menjelma kalimat-kalimat dan bermuara pada sebuah kisah panjang dengan tokoh utama Ikal. Tiga judul buku–dari empat yang direncanakan–telah lahir dari tangannya. Dua di antaranya, Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi , sudah dilepas ke pasar dan menuai sukses lumayan. Berbagai pujian dan kritikan dari sidang pembaca diterimanya dengan senang hati. “Sebetulnya, Laskar Pelangi adalah buku keduaku. Buku pertama yang kutulis adalah buku ilmiah berjudul The Science of Business . Buku itu kutulis tahun 2003”, jelas Andrea mengenai perjalanan riwayat kepenulisannya.
“Buku itu semacam pembayar kewajiban moralku kepada Uni Eropa, lembaga yang memberiku beasiswa kuliah di Sorbonne (Prancis) dan Sheffield (Inggris),” tambahnya lagi.
Ya, Andrea memang sangat menggemari sains. Lantaran itu, ia sangat berharap satu hari nanti bisa kembali menulis sebuah buku sains, bukan cuma sastra.
“Segala hal yang berhubungan dengan sains dan buku selalu menarik perhatianku,” katanya.
“Apa jadinya jika Newton tidak menulis Principia ? Atau Adam Smith tidak pernah menelurkan The Nature and Causes of The Wealth of Nations ?,” sambungnya lagi.
Tetapi, kemudian bukanlah salahnya jika ia malah dikenal lebih dulu sebagai penulis fiksi lewat debutnya Laskar Pelangi . Mulanya, Andrea tidak pernah meniatkan naskahnya untuk dikomersilkan lewat industri buku. Ia menulis memoar itu untuk dipersembahkan sebagai kado ulang tahun bagi gurunya tercinta, Ibu Muslimah. (Dalam Laskar Pelangi , ibu guru ini adalah seorang tokoh yang sangat inspiratif, seorang guru miskin di sebuah sekolah dasar miskin di Belitong yang mendidik murid-muridnya dengan penuh kecintaan. Kabarnya, Ibu Muslimah tengah diusulkan untuk mendapatkan Ma'arif Award). Entah bagaimana ceritanya, naskah itu lalu “dicuri” oleh seorang sahabatnya dan diserahkan kepada penerbit. Penerbit yang beruntung ini, Bentang, langsung jatuh cinta dan lantas menerbitkannya.
Menyusul buku pertamanya, Andrea lantas menulis sekuelnya, Sang Pemimpi. Masih berkisah seputar sekolahan, buku keduanya ini pun terbilang sukses. Lagi-lagi ia mendapatkan setumpuk pujian sekaligus kritikan yang disikapinya dengan bijaksana.
“Aku tidak besar kepala karena pujian, dan ingin belajar dari pujian,” ujarnya. “Dan aku sangat terbuka terhadap berbagai kritik. Sayangnya, dari banyak kritik yang kuterima, belum ada yang benar-benar menyentuh sebstansi. Kecuali dari Prof. Sapardi Djoko Damono dalam sebuah diskusi di Bandung.”
Menurut lajang kelahiran 24 Oktober (tahun kelahirannya dirahasiakan) ini, kritik-kritik tersebut lebih banyak berbicara di permukaan. Meski demikian, ia sangat berterima kasih untuk segala masukan itu dan selalu menyambut gembira pihak yang mengundangnya untuk diskusi. Terakhir, ia diundang oleh Fakultas Sastra Universitas Diponegoro, Semarang, dan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok (Bogor). Total selama karier kepenulisannya, ia telah menerima undangan diskusi sebanyak 43 kali.
Apa mau dikata, Andrea Hirata akhirnya dengan sadar menjerumuskan diri ke dalam penulisan buku fiksi. Sejatinya, Laskar Pelangi merupakan buku pertama dari sebuah karya tetralogi. Setelah Sang Pemimpi , berikutnya berturut-turut akan terbit dua judul lagi, yakni: Edensor dan Maryamah Karpov yang dinanti-nanti para pembaca setianya.
Ekor kesuksesan Laskar Pelangi ditandai pula oleh diterbitkannya buku tersebut dalam edisi bahasa Melayu di Malaysia. Konon menjadi best seller di negeri jiran itu. Berkah lainnya adalah sudah ada pula tawaran untuk mengangkat kisah Ikal dkk ini ke layar lebar. Gosipnya, sutradara bertangan dingin, Riri Reza, yang akan menggarapnya. Kita tunggu saja, ya.
Kiranya Laskar Pelangi menjadi pintu pembuka bagi pria lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) ini untuk masuk lebih jauh lagi ke “jalan sunyi” sastra. Laskar Pelangi pula yang telah membuatnya menjadi semacam selebritis di jagad sastra, meskipun ditampik mati-matian oleh yang bersangkutan.
“Tidak ada pengaruh apapun (ketenaran itu- red ), kecuali makin sibuk dan kesulitan mengatur jadual kerja kantor dengan kegiata buku”, tandasnya buru-buru.
Namun Andrea harus mengakui, bahwa lantaran Laskar Pelangi cita-citanya membuka perpustakaan di kampung halamannya terwujud sudah. Perpustakaan itu menjadi tempat orang belajar ilmu (pengetahuan) dan agama Islam. Perpustakaan ini membuka diri bagi para relawan yang ingin bergabung.
Terlahir sebagai anak keempat dari pasangan N.A. Masturah (ibu) dan Seman Said Harun (ayah), Andrea Hirata menghabiskan masa kecilnya di Belitong. Setamat SMA, ia merantau ke Jawa, melanjutkan studi di FE-UI. Seusai meraih gelar sarjana ekonomi seperti telah ditulis di atas, ia berhasil mendapatkan beasiswa dari Uni Eropa untuk mengambil gelar master di Universite de Paris Sorbonne, Perancis serta Sheffield Hallam University, di Inggris. Ketika ditanya soal rencana menikah, sambil tertawa ia menyahut santai, “Menikah? Ha... ha... ha... sampai saat ini terpikirkan pun belum.”
Begitulah. Rupanya pernikahan masih jadi sesuatu yang belum jelas baginya. Namun, yang jelas, para penggemarnya, akan segera dapat menikmati Edensor , buku ketiga dari rangkaian tetralogi Laskar Pelangi . Masihkah bercerita tentang sekolahan?
“Ya. Edensor memilik garis merah yang tebal soal pendidikan. Tapi ada juga petualangannya. Tokoh-tokohnya masih tokoh sama dengan buku sebelumnya. Hanya saja sekarang mereka makin dewasa . Edensor adalah buku yang berusaha bercerita dengan jujur ihwal orang Indonesia ketika terdampar di negeri Barat,” Andrea memberi sedikit 'bocoran' karya terbarunya. Kedengarannya menarik ya? Kita sama-sama lihat saja nanti.
Biodata singkat: Nama : Andrea Hirata Seman Said Harun
Tanggal lahir : 24 Oktober
Pendidikan : S1 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia S2 Universite de Paris Sorbonne (Perancis) dan Sheffield Hallam University (Inggris).
Pekerjaan : Staf PT Telkom, Bandung.
Endah Sulwesi